''sebuah cacatan kecil tentang perjalanan hidup manusia”
Bayi itu tersenyuman menatapku, walaupun dia tak tahu apa
yang diperbuatnya padaku, tapi dari gerakan tubuhnya mengisyaratkan bahwa dia
senang untuk dimanja, bayi sesungguhnya adalah sang penakluk sejati bagi
siapapun, tanpa kekuatan daya dan upaya, mereka mampu membuat orang-orang
disekelilingnya takluk untuk kemudian menyanjungnya dengan penuh kasih sayang,
dan cinta. Sekiranya semua orang mampu melakukan itu setelah dewasa maka
yakin dan percaya akan tercipta keharmonisan social yang tinggi
disekeliling kita.
Sebagai manusia, kita semua pernah mengalami hal yang serupa
diatas, Kita terlahir berasal dari Allah SWT dengan segala karunia yang telah
diberikan-Nya. Ini adalah karunia yang besar. Kita sebagai makhluk diberikan
kesempatan terbaik untuk lebih merasakan karunia yang lebih hebat lagi, yang
hakiki dan permanen, dari sekian juta sperma yang bersaing untuk jadi yang
terbaik, kitalah yang kemudian mendapatkan keridhoan Tuhan untuk menjadi penghuni
bumi. Kita berasal dari Allah, yang didapat tanpa usaha sedikitpun dari kita
sebagai hamba-Nya. Allah telah memberikan kesempurnaan pada diri setiap
individu untuk melaksanakan tugas di muka bumi ini sebagai khalifah sesuai
dengan firmannya di Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat”: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Sekalipun hal tersebut telah
ditetapkan oleh Allah Akan tetapi dengan proses pendewasaan yang terjadi
disekeliling kita dan seiring dengan perjalanan waktu, semuanya berubah menuju
proses yang kita pilih masing-masing. Pilihan yang menetukan bagaiman kita
berproses ditengah – tengah masyarakat, bagaimana memaknai pola komunikasi,
interaksi dan adaptasi ditengah keanekaragaman ciptaan Tuhan
Kejadian manusia adalah simbol praktis kasih sayang Tuhann
kepada kita. Karena kasih sayang-Nya, Manusia adalah mahluk terbaik
Tuhan yang pernah diciptakannya, dengan diberikannya anugerah akal
sehingga mampu berpikir untuk menentukan baik-buruknya sesuatu itu. Selain
akal, takwa adalah hal yang paling utama dalam diri manusia untuk mencapai
kemuliaan disisinya, sesuai dengan Allah SWT berfirman. “Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujarat: 13). Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang
yang memiliki derajat mulia di sisi Allah SWT bukan terletak kepada kecanggihan
akal yang ia miliki, tetapi terletak pada kualitas ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan kualitan ketakwaan yang baik inilah, yang menjadikan derajat manusia
mulia di sisiNya. Bahkan bisa menjadi lebih mulia, dari derajat para malaikat.
Kemuliaan manusia jika dibandingkan dengan makhluk yang
lain, merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap
manusia. Karena kemuliaan manusia ini dapat menjadi berkurang, apabila manusia
melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemaksiatan dan kekufuran
kepadaNya. Akan tetapi semuanya bergantung penuh kepada Tuhan, mustahil lepas
dari-Nya, sampai kapan pun. Bentuk paling utama pengungkapan rasa syukur kita
adalah menyesuaikan seluruh perilaku kita dengan apa-apa yang telah
digariskan-Nya. Dalam kefitrian, kita terbimbing untuk melaksanakan kasih
sayang itu adalah dengan menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan kepada sesama
manusia dan seluruh alam dengan mengabaikan rasa ego dalam diri kita.
Allah Swt berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”
(QS. al-A’raf: 172). Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, adalah cermin Tuhan
di dunia. Dalam hadis Qudsi disebutkan bahwa Dia adalah khazanah tersembunyi,
yang karena ingin dikenal kemudian menciptakan makhluk. Tentu maknanya bukan
pertanda kebutuhan Tuhan akan makhluk-Nya. Sebaliknya, penciptaan adalah
karunia terbesar yang dengannya makhluk “menjadi eksis”.
Benar apa yang biasa disebut banyak orang bahwa hidup adalah
pilihan, dengan pilihan hidup itu juga yang semakin kompleks, memahami hidup
itu ternyata tak sekedar kenikmatan, kesenangan, dan kebahagian invidual, lebih
dari itu hubungan dengan sesama manusia juga sangat ditekankan, membangun silaturahmi
social sebagaimana kita adalah mahluk social sangat penting, sedangkan hubungan
dengan sang Khalid sebagai puncak dari semua proses penciptaaan kita yakni
beribadah kepadanya sebagaimana firmannya Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang
berbunyi: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”, sehingga wujud pengaplikasian ikhtiar iman,
islam dan ihsan tak lagi sebatas dotrin-dotrin belaka. Ikhtiar merupakan usaha
yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat secara pribadi dengan banyak
segi dan bebas, dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain
kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan menuju
keridhoannya. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar dengan
landasan keimanan dan ketakwaan, manusia tak akan mampu memberikan pertanggung
jawaban pribadi dari amal perbuatannya kepada sang Khalid.
Itulah kita sebagai manusia yang mengembang amanah luar
biasa dari semua mahluk ciptaanNya, nikmat Tuhan yang begitu besar
terkadang kita ingkari tanpa sadar, ada kalanya kita menciptakan kesalahan yang
berulang-ulang dihadapan Tuhan dengan harapan masih ada hari esok untuk
bertaubat kepadaNya, padahal kematian tak mengenal waktu, umur, dan tempat.
Secara pribadi akan selalu ada rasa tawakkal, ikhlas dan
optimis dalam menjalani hidup ini, tantangan dan suka duka bagian yang tak
terpisahkan dalam sejarah hidup kita, proses aktualisasi diri yang matang akan
menentukan seberapa besar keberanian kita dalam mengambil sikap dan keputusan untuk
skenerio masa depan, membangun komitmen dan tanggung jawab yang didasari
ketaqwaan adalah hal dasar dalam hubungan social kita yang selaras antar alam,
manusia, dan Tuhan. Sehingga penyempurnaan ibadah dan kehidupan kita sebagai
manusia selalu berada garis keridhoanNya.
Ketika hidup ini tak lebih dari sekedar pergulatan cinta,
tahta, dan harta, ada kalanya kehendak kita mengintervensi keputusan-keputusan
terbaik Tuhan, menolak karyanya dengan akal kalau itu tak pantas untuk kita,
yang pada akhirnya bersorak, berteriak, dan bersenggama dengan nafsu untuk
menghakimi bahwa Tuhan tak adil….. Tapi kubersyukur kepadanya telah
menyadarkanku diakhir perjalanan di persimpangan kekafiran………………..
Wallahu A’lam Bishawab
Yakin usaha sampai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar