SELAMAT DATANG KAWAN DI BLOG YANG SEDERHANA INI. J U A N D A
banner islam photo: islam is my faith ISLAM-BANNER.gif

Sabtu, 01 Maret 2014

memahami hidup


''sebuah cacatan kecil tentang perjalanan hidup manusia”
Bayi itu tersenyuman menatapku, walaupun dia tak tahu apa yang diperbuatnya padaku, tapi dari gerakan tubuhnya mengisyaratkan bahwa dia senang untuk dimanja, bayi sesungguhnya adalah sang penakluk sejati bagi siapapun, tanpa kekuatan daya dan upaya, mereka mampu membuat orang-orang disekelilingnya takluk untuk kemudian menyanjungnya dengan penuh kasih sayang, dan cinta. Sekiranya semua orang mampu melakukan itu setelah dewasa maka yakin dan percaya akan tercipta keharmonisan social yang tinggi disekeliling kita.
Sebagai manusia, kita semua pernah mengalami hal yang serupa diatas, Kita terlahir berasal dari Allah SWT dengan segala karunia yang telah diberikan-Nya. Ini adalah karunia yang besar. Kita sebagai makhluk diberikan kesempatan terbaik untuk lebih merasakan karunia yang lebih hebat lagi, yang hakiki dan permanen, dari sekian juta sperma yang bersaing untuk jadi yang terbaik, kitalah yang kemudian mendapatkan keridhoan Tuhan untuk menjadi penghuni bumi. Kita berasal dari Allah, yang didapat tanpa usaha sedikitpun dari kita sebagai hamba-Nya. Allah telah memberikan kesempurnaan pada diri setiap individu untuk melaksanakan tugas di muka bumi ini sebagai khalifah sesuai dengan firmannya di Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat”: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Sekalipun hal tersebut telah ditetapkan oleh Allah Akan tetapi dengan proses pendewasaan yang terjadi disekeliling kita dan seiring dengan perjalanan waktu, semuanya berubah menuju proses yang kita pilih masing-masing. Pilihan yang menetukan bagaiman kita berproses ditengah – tengah masyarakat, bagaimana memaknai pola komunikasi, interaksi dan adaptasi ditengah keanekaragaman ciptaan Tuhan
Kejadian manusia adalah simbol praktis kasih sayang Tuhann kepada kita. Karena kasih sayang-Nya, Manusia adalah mahluk terbaik Tuhan yang pernah diciptakannya, dengan diberikannya anugerah akal sehingga mampu berpikir untuk menentukan baik-buruknya sesuatu itu. Selain akal, takwa adalah hal yang paling utama dalam diri manusia untuk mencapai kemuliaan disisinya, sesuai dengan Allah SWT berfirman. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat: 13). Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang memiliki derajat mulia di sisi Allah SWT bukan terletak kepada kecanggihan akal yang ia miliki, tetapi terletak pada kualitas ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan kualitan ketakwaan yang baik inilah, yang menjadikan derajat manusia mulia di sisiNya. Bahkan bisa menjadi lebih mulia, dari derajat para malaikat.
Kemuliaan manusia jika dibandingkan dengan makhluk yang lain, merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap manusia. Karena kemuliaan manusia ini dapat menjadi berkurang, apabila manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemaksiatan dan kekufuran kepadaNya. Akan tetapi semuanya bergantung penuh kepada Tuhan, mustahil lepas dari-Nya, sampai kapan pun. Bentuk paling utama pengungkapan rasa syukur kita adalah menyesuaikan seluruh perilaku kita dengan apa-apa yang telah digariskan-Nya. Dalam kefitrian, kita terbimbing untuk melaksanakan kasih sayang itu adalah dengan menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan kepada sesama manusia dan seluruh alam dengan mengabaikan rasa ego dalam diri kita.
Allah Swt berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. al-A’raf: 172). Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, adalah cermin Tuhan di dunia. Dalam hadis Qudsi disebutkan bahwa Dia adalah khazanah tersembunyi, yang karena ingin dikenal kemudian menciptakan makhluk. Tentu maknanya bukan pertanda kebutuhan Tuhan akan makhluk-Nya. Sebaliknya, penciptaan adalah karunia terbesar yang dengannya makhluk “menjadi eksis”.
Benar apa yang biasa disebut banyak orang bahwa hidup adalah pilihan, dengan pilihan hidup itu juga yang semakin kompleks, memahami hidup itu ternyata tak sekedar kenikmatan, kesenangan, dan kebahagian invidual, lebih dari itu hubungan dengan sesama manusia juga sangat ditekankan, membangun silaturahmi social sebagaimana kita adalah mahluk social sangat penting, sedangkan hubungan dengan sang Khalid sebagai puncak dari semua proses penciptaaan kita yakni beribadah kepadanya sebagaimana firmannya Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 yang berbunyi: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, sehingga wujud pengaplikasian ikhtiar iman, islam dan ihsan tak lagi sebatas dotrin-dotrin belaka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat secara pribadi dengan banyak segi dan bebas, dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan menuju keridhoannya. Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar dengan landasan keimanan dan ketakwaan, manusia tak akan mampu memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya kepada sang Khalid.
Itulah kita sebagai manusia yang mengembang amanah luar biasa dari semua mahluk ciptaanNya, nikmat Tuhan yang begitu besar terkadang kita ingkari tanpa sadar, ada kalanya kita menciptakan kesalahan yang berulang-ulang dihadapan Tuhan dengan harapan masih ada hari esok untuk bertaubat kepadaNya, padahal kematian tak mengenal waktu, umur, dan tempat.
Secara pribadi akan selalu ada rasa tawakkal, ikhlas dan optimis dalam menjalani hidup ini, tantangan dan suka duka bagian yang tak terpisahkan dalam sejarah hidup kita, proses aktualisasi diri yang matang akan menentukan seberapa besar keberanian kita dalam mengambil sikap dan keputusan untuk skenerio masa depan, membangun komitmen dan tanggung jawab yang didasari ketaqwaan adalah hal dasar dalam hubungan social kita yang selaras antar alam, manusia, dan Tuhan. Sehingga penyempurnaan ibadah dan kehidupan kita sebagai manusia selalu berada garis keridhoanNya.
Ketika hidup ini tak lebih dari sekedar pergulatan cinta, tahta, dan harta, ada kalanya kehendak kita mengintervensi keputusan-keputusan terbaik Tuhan, menolak karyanya dengan akal kalau itu tak pantas untuk kita, yang pada akhirnya bersorak, berteriak, dan bersenggama dengan nafsu untuk menghakimi bahwa Tuhan tak adil….. Tapi kubersyukur kepadanya telah menyadarkanku diakhir perjalanan di persimpangan kekafiran………………..
Wallahu A’lam Bishawab
Yakin usaha sampai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar